Powered By Blogger

Minggu, 27 November 2011

Sebuah Tanya-Soe Hok Gie


Sebuah Tanya-Soe Hok Gie

akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu ? 
memintaku minum susu dan tidur yang lelap? sambil membenarkan letak leher kemejaku ” 

( kabut tipis pun turun pelan -pelan di lembah kasih , lembah mendala wangi,
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan -hutan yang menjadi suram meresapi belaian angin yang menjadi dingin ) “ 

apakah kau masih membelaiku semesra dahulu ketika ku dekap kau , dekaplah lebih mesra , lebih dekat ”

lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi , kota kita berdua , yang tua dan terlena dalam mimpinya . kau dan aku berbicara. tanpa kata , tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita “ 

apakah kau masih akan berkata , kudengar derap jantungmu . kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta”

( haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram . wajah 2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti . seperti kabut pagi itu) “ 

manisku , aku akan jalan terus membawa kenangan -kenangan dan harapan - harapan bersama hidup yang begitu biru” 

***
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu

sayangku bicara tentang anjing - anjing kita yang nakal dan lucu 
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi 
ada serdadu -serdadu Amerika yang mati kena bom di danang 
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra 

tapi aku ingin mati di sisimu sayangku setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu

mari, sini sayangku kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku tegakklah ke langit atau awan mendung kita tak pernah menanamkan apa -apa , kita takkan pernah kehilangan apa -apa ” 

(CSD, Selasa , 11 November 1969)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar