Deskripsi Diri
Esai ini sengaja ditulis sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti kegiatan opak 2012 yang
Secara garis besar berisi gambaran atas
kepribadian saya secara keseluruhan. Dimulai dari latar belakang keluarga,kisah
dan perjalanan hidup hingga angan serta impian yang akan menjadi tujuan.
Nurpadilah
Pitriyanti,nama itulah yang mereka berikan kepada saya 20 tahun silam. Lahir di
bandung,tepatnya di cimahi 27 maret 1992. Saya berasal dari keluarga yang
sederhana tetapi memiliki kasih sayang dan cinta luar biasa. Sebagai anak
tunggal,pribadi yang saya miliki jauh dari kata manja karena sejak kecil sudah
dibiasakan hidup dengan cara mandiri. Kebetulan,kedua orang tua saya bekerja
sebagai karyawan disalah satu perusahaan swasta dan memiliki jadwal kerja yang
padat dan juga terikat. Dari pagi sampai petang mereka bekerja tak kenal lelah.
Dari kecil saya sudah terbiasa hidup mandiri,tak jarang ketika bangun pagi mama
dan papa sudah pergi dan saya terkunci di dalam rumah,sampai akhirnya tetangga
sebelah datang membukakan pintu dan mengajak saya untuk bermain dengan anaknya
seharian penuh. Gak Cuma di tetengga,secara bergantian saya dititipkan ke
kerabat terdekat keluaraga,disaat mereka sedang tidak sibuk. Say sendiri sudah
mengerti dan paham betul kapan jadwal saya untuk makan,mandi,bermain,sampai
belajar. Dari kecil,Papa banyak mengajarkan banyak hal di kehidupan saya yang
pada akhirnya menjadi prinsip hidup yang menjadi aturan dasar di hidup saya.
Secara pribadi,saya lebih dekat dengan papa. Beliau sosok yang sempurna,mengajarkan
saya menjadi pribadi yang bijaksana,mengedepankan logika dan tak kenal lelah
berusaha membuat keluarga.
Sampai akhirnya,Pada
saat saya masuk sekolah dasar,papa sudah mulai sakit-sakitan. Pengobatan sudah
dilakukan dengan berbagai macam cara,dari obat-obatan medis sampai alternatif. Papa
juga sudah pernah dioperasi sebanyak 3 kali,tapi penyakit yang diderita tak
kunjung sembuh juga. Alternatif pun menjadi satu-satunya pilihan terakhir yang
kami ambil. Pengobatan alternatif dijalani kurang lebih dua tahun,tetapi Tuhan
berkehendak lain. Akhirnya ayah meninggal sebelum penyakitnya sempat
disembuhkan. Mungkin itu memang yang terbaik,Tuhan menyayangi ayah saya dan
menginginkan beliau untuk berada lebih dekat dengannya. Begitulah hidup,ada
yang datang ada juga yang pergi tapi terpenting adalah bagaimana cara kita
menyikapinya. Berbuat baik selagi mereka masih ada,agar di kemudian hari ketika
mereka pergi,nama kita takkan pernah terlupakan oleh mereka.
Setelah kematian papa,
kami berdua memutuskan untuk pindah ke Serang-Banten,tepatnya pada saat saya
berumur 9 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga,mama sebagai single fighter
bekerja tak kenal lelah. Beliau adalah orang yang amat saya sayangi,dari beliau
lah saya banyak belajar tentang kehidupan. Menjadi wanita yang tidak lemah dan
mudah menyerah,tegar menghadapi segala cobaan yang ada,tak pernah meminta
memohon belas kasih dari orang lain,keluarga sekalipun. Beliau satu-satunya
keluarga yang saya miliki. Sepeninggal papa,saya yakin beliau amat sangat
tepukul. Itulah yang menjadi salah satu alasan kami memutuskan untuk pergi.
Beliau tidak pernah menampakan kesedihannya didepan saya. Beliau hanya
tersenyum dan yakin bisa membahagiakan saya,walau papa sudah tidak lagi ada.
Selama kurang lebih 3
tahun,saya tinggal di perantauan bersama mama. Sampai akhirnya,ketika saya
berumur 13 tahun,mama memutuskan untuk menikah lagi. Saya sendiri jujur amat
sangat terkejut mendengar kabar tersebut. Mama meminta izin kepada saya untuk
menikah hanya semingu sebelum pernikahan dilangsungkan. Awalnya saya amat
sangat keberatan,tapi posisi saya pada saat itu hanyalah anak kecil yang tidak
mempunyai kewenangan apapun. Sekalipun saya tidak mengizinkan beliau untuk
menikah lagi,pernikahan itu akan tetep berlangsung karena undangan sudah di
cetak dan diberikan kepada saudara,kerabat dan tetangga dan dengan berat
hati,saya menyetujui pernikahan beliau dengan laki-laki yang belum saya kenal
sedikitpun.
Hari-hari menjadi sulit
bagi saya,menerima kehadiaran orang asing yang dengan terpaksa saya panggil
ayah. Tidak ada hari tanpa pertengkaran,teriakan,jeritan,tangisan terjadi di
dalam rumah. Bagi saya rumah adalah neraka. Sikap,watak,dan krpribadian Ayah tiri saya,jauh dari sosok alm.papa yang
kenal. Penolakan yang saya lakukan tergambar
dengan jelas melalui sikap-sikap saya yang selalu bertentangan dengan beliau.
Terlebih mama saat itu lebih sering membela ayah tiri dibandingkan saya yang
jelas-jelas anak kandungnya,darah dagingnya,dan saat-saat di rumah terasa amat
memuakan. Banyak hal yang buat saya amat sangat membenci ayah tiri
saya,sampai-sampai saya senderi sering berdoa agar beliau cepat pergi dari
dunia ini dan berjanji saat saya dewasa nanti,saya akan memisahkan ayah tiri
saya dengan mama,lalu membuangnya,dan takkan pernah mengakuinya.
Selama lebih dari dua
tahun,saya tersiksa. Jauh dari kasih sayang orang tua,bahkan jauh dari kasih
sayang dan belaian Tuhan. Sampai akhirnya saya bertemu dengan Muharam
Juliansyah,laki-laki yang sampai saat ini menjadi orang yang berarti dikehidupan
saya. Lambat laun sifat arogan,keras kepala yang saya miliki sedikit demi
sedikit menghilang. Saya akui saya orang yang keras kepala,salah ya salah,benar
ya benar. Tidak ada toleransi sedikitpun. Semua yang tidak sesuai dengan apa
yang saya inginkan dan pikirkan adalah salah. Saya tidak pernah mau mengalah,saya
tidak akan pernah berkompromi dengan hal-hal yang bersebrangan dengan diri
saya. Alasan itulah yang selalu buat saya bertengkat dengan ayah tiri saya.
Kita berdua sama-sama keras dan tak pernah mau mengalah. Tapi dengan hadirnya
aram di kehidupan saya,semuanya berubah. Sedikit demi sedikit saya mulai memahami,bahwa tiap perbedaan tidak
seharusnya dijadikan pembenaran atas pertentangan yang terjadi lalu saling membenci satu sama lain dan itu adalah
sikap yang jauh dari kata Dewasa. Tua
itu pasti,tapi dewasa itu pilihan. Mengalah untuk menang,bijaksana dalam
berpikir demi kebahagiaan bersama.
Saya memilih untuk
dewasa,di umur saya yang ke- 16 tahun. Dari sekedar bercurhat ria tentang
kehidupan keluarga yang
berantakan,sampai bertukar pikiran tentang apa yang harus saya lakukan. Tidak
hanya mengeluh dan acuh terhadap masalah yang ada,tetapi juga fokus terhadap
cara yang akan dilakukan agar masalah tersebut dapat diselesaikan. Proses
pendewasaan yang saya alami berlangsung cukup lama,membiasakan membuang ego
yang sebelumnya sudah mendarah daging dalam hidup saya sangatlah tidak mudah.
Tapi saya yakin tiap ada kemauan, pasti ada jalan. Perlu waktu dua tahun sampai
semuanya kembali normal,butuh kesabaran yang luar biasa dalam menjalaninya.
Tapi,hasilnya tidak sia-sia dan akhirnya saya bahkan mulai untuk menyayangi
mama dan ayah tiri saya.
Secara pribadi banyak
hal yang telah berubah dalam diri saya. Terutama disaat umur saya yang ke-20
ini. Dari TK sampai SMA semua berjalan dengan lancar. Jadi juara satu di
kelas,juara umum disekolah,juara cerdas cermat,bahkan waktu saya masih TK saya
pernah mendapatkan gelar juara I cerdas cermat agama ditingkat kab. Bandung melawan
anak-anak yang waktu itu notabene sudah
duduk di bangku SD. Tidak hanya itu,disaat saya duduk di bangku kelas IV SD,saya juga pernah mendapatkan piala
juara II karena telah mengikuti olimpiade mata pelajaran MIPA setingkat kota
Serang-Banten dan mendapatkan sertifikat sebagai putri yang berprestasi. Di
tingkat SMP saya hanya menjadi juara I
cerdas cermat,berturut-turut saat kelas VIII dan IX. SMP dan SMA selalu mendapatkan nilai
tertinggi disaat kelulusan,tak hanya itu Di SMA ekstrakurikuler yang saya ikuti
mendapatkan gelar juara I setingkat kota Serang,ekstrakulikuler itu adalah Student Company,saya sendiri
bertugas di bagian produksi merangkap sebagai ketua “cadangan” karena ketua
yang asli tidak begitu tegas pada anggota yang lain. Sebagai perusahaan yang
kecil dan beranggotakan teman-teman sendiri,dirasa amat sulit dalam menentukan
tiap sanksi atau aturan yang diberlakukan. Dengan berasaskan “kekeluagaan” tiap
pelanggaran mendapatkan keringanan,hal itu yang menggugah saya untuk berinisiatif
menjadi ketua cadangan atau jadi kaki tangan ketua perusahaan. Dengan
peraturan dan sanksi tegas yang saya
buat,tiap anggota bisa menjadi lebih profesional dan pelanggaran pun dapat
diminimalisir.Alhasil perusahaan yang kami miliki dalam satu tahun memperoleh
profit 250%. Uang dari Para pemilik saham bisa dikembalikan bahkan dua kali
lipat dari yang sebelumnya ia berikan kepada kami sebagai modal awal usaha yang
kami lakukan. Semuanya berjalan dengan lancar,tak ada sedikitpun hambatan yang
berarti dikehidupan saya.
Sampai akhirnya pada
saat pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi diumumkan. Nama saya tidak ada
di semua test yang saya ikuti. Sesal dan menyalahkan tuhan yang telah berlaku
tidak adil sering terlintas dalam benak saya,mana mungkin saya tidak lolos. Usaha
yang saya lakukan sudah maksimal,belajar,berdoa dan beribadah takkenal henti,
bahkan berpuasa sunah pun sering dijalani,sepertiga malam saya memohon,menangis
tapi semua itu tak berarti. Tuhan bekehendak lain. Saya tidak diizinkan menjadi
mahasiswa untuk saat itu. Karena malu,saya memutuskan untuk pindah ke depok.
Disana saya berencana Bimbel satu tahun dengan harapan bisa menjadi mahasiswa
ditempat dan jurusan yang saya inginkan,dan hasilnya pun sangat menggembirakan.
Saya diterima di UNJ pend. Bahasa inggris lewat jalur UMB. Senang bukan
main,saya kabari keluarga di Serang saat itu juga,mama dan ayah begitu bangga
mendengar kabar tersebut sampai akhirnya disaat daftar ulang,saya tercengang
mendapati bayaran yang diluar dugaan. Jelas saat itu nominal dengan yang
tertera adalah Rp10.000.000.00 dan uang sebanyak itu harus saya dan keluarga
kumpulkan dalam waktu 1 minggu. Saya ingat betul,saat itu saya dan seluruh staf
BEM sastra inggris berdemo meminta keringanan. Di bulan puasa,ditengah udara
yang panas dan terik,kami akhirnya dapat menemui wakil dekan satra inggris
untuk mendiskusikan solusi yang bisa ditawarkan universitas. Dalam ruangan itu
saya ingat jelas,ada lima perwakilan orangtua dengan para siswa yang berjumlah
belasan. Kami duduk bersama dan berdiskusi tentang solusi apa yang bisa
universitas berikan terhadap kami yang tidak mampu. Diskusi berjalan dengan sangat alot,wakil dekan terus
menerus mencari alasan dan melemparkan kewenangan atas biaya yang di berikan adalah campur tangan fakultas yang
bersangkutan,bukan universitas dan selaku wakil dekan beliau tidak bisa berbuat
apapun. Sepuluh juta tetaplah sepuluh juta dan harus lunas hari itu
juga,tepatnya 3 hari lagi terhitung saat pertemuan dengan wakdek saat itu.
Menahan tangis saya ajukan permohonan dan solusi,untuk saya yang berasal dari
keluarga yang tidak mampu. Saya pun bertanya ke pada beliau tentang kebijakan
seperti apa yang akan beliau berikan kepada kami,dan dengan muka berpaling dia
lagi-lagi melemparkan wawenang dan kekuasaan bukanlah ditanggan dia. Seketika
itu juga saya menangis dihadapan setiap orang yang ada diruangan itu,pamit dan meminta
maaf saya tidak mempunyai cukup biaya untuk menuntut ilmu di sini. Keluar dari
ruangan itu,para staf BEM yang sejak awal ikut berdemo memeluk,menangis dan
meminta maaf karna tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dengan berat hati saya
akhirnya memilih untuk menjadi mahasiswa disalah satu perguruan tinggi swasta
yang ada di depok. Proses pendewasaan pun makin matang. Tak hanya mahasiswa
yang belajar mati-matian demi ipk tinggi dan sukses kerja di akhir nanti,tapi
juga mahasiswa yang menjadikan sesama atau masyarakatnya menjadi lebih berarti. Di mulai akan kecintaan saya terhadap
sejarahlah yang menjadikannya lebih kuat kokoh dan berarti. Aktivitas diluar
proses perkuliahan banyak menyadarkan saya akan hal-hal yang berarti dan
menjadi minat pribadi. Setelah kuliah selama kurang lebih satu semester,saya
yakin dan sadar bahwa jurusan yang saya jalani berbeda dengan bakat yang saya
miliki. Sadar telah masuk dijurusan yang salah,dengan bermodalkan nekat saya
memberanikan diri mengikuti snmptn untuk yang ketiga kalinya dan alhamdulillah
diterima. Tuhan memang tau apa yang umatanya butuhkan. Saya diterima di uin
jurusan psikologi,dan bercita-cita menjadi seorang tokoh psikologi anak yang
profesional. Memberikan arahan dan motivasi yang baik,agar anak-anak
kedepannya terlahir dan tercipta dengan mengenali tiap passion
yang ada pada diri mereka dan berusaha mengharumkan nama keluarga bang sa dan
negara.
Semua itu tidak dapat
terbentuk dengan sendirinya,pengalaman dan pengambilalihan setiap keputusan
dimasa lalu adalah cerminan atas kepribadian yang kita miliki saat ini,percaya
atau tidak memang benar adanya. Dari dulu saya sangat menggemari pelajaran
sejarah,dari situ saya belajar banyak hal. Sejarah bukan hanya bercerita
tentang masa lalu,tapi masa sekarang juga masa depan. Dari sejarah kita dapat
belajar bayak hal,tak hanya pengetahuan yang kita dapatkan tetapi juga
kesadaran sebagai makhluk tuhan yang mempunyai kewajiban menjadi individu yang
berguna bagi sesama terutama bangsa dan negara. Sukarno pernah berkata,jangan
sekali-kali melupakan sejarah,karna bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai jasa para pahlawannya.mereka yang tau dan cinta akan sejarah
pastinya sadar betul,bahwa perjuangan yang mereka lakukan amatlah sangat besar.
Berkorban tak hanya harta benda,akan tetapi juga nyawa dan keluarga. Mereka
yang telah gugur di medan perang hanya berharap kepada anak cucunya kelak bahwa
perjuangan mereka untuk pengobanan itu tidaklah sia-sia. Sederhananya,ketika
kita bisa menghargai jasa mereka yang telah berkorban segala-galanya demi
kenyamanan kita hari ini pasti bisa menghargai diri sendiri dengan nilai yang
pantas dan takkan berhenti untuk meneruskan cita-cita mereka yang telah mati.
Saya pun akan berlaku
demikian,kecintaan saya akan sejarah,memperkaya proses pendewasaan yang saya
miliki. Sadar bahwa setiap konsekuensi yang saya ambil akan berdampak pada
kehidupan saya dimasa yang akan datang sekaligus berdampak pada lingkungan
disekitarnya. Saya akan menggeluti sesuatu yang memang menjadi minat
saya,berusaha semaksimal mungkin dengan tujuan mengabdi dan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Membuat
keinginan,cita-cita,dan harapan menjadi kenyataan tidaklah mudah. Saya
akui,proses itu tidak mudah dan juga harus diiringi ketekunan yang luar biasa.
Belajar tak kenal rasa puas,berkembang dan tumbuh melebihi cita-cita harapan
yang menjadi tujuan. Tumbuh tidak lagi menjadi gadis remaja,tetapi wanita yang
dewasa dan bisa mengontrol tiap perasaan yang ada. Mencoba untuk lebih
profesionalisme,mengacuhkan rasa ego dan malas yang hanya membuat diri tidak
berkembang dan manjadikan diri kita sebagai calon pecundang.
Sudah saatnya kita
sebagai generasi muda yang mendapat
sebutan mahasiswa berusaha membuat
sebuah perubahan yang amat berarti,bukan hanya mencaci maki,mengeluh,dan menuntut
perubahan. Menciptakan perubahan bukan berati harus menurunkan presiden dan
membuat gerakan revolusi demi pemerintah yang lebih adil.jauh adri gambaran
perubahan yang saya ingin gambarkan. Pada hakikatnya jika pemerintahnya sudah
berlaku seadil adilnya tapi kalau rakyi atnya hanya ingin terus
meminta,menutut,tanpa berusaha apalah jadinya. Disinilah peranan kita,mahasiswa,sebagai
agen pembawa perubahan, di pertaruhkan.
Perubahan dimulai dari hal-hal yang kecil,Sebagai contoh,membiasakan buang
sampah sembarangan dan memilih sampah yang bisa disaur ulang. Mencitakan segala
macam inovasi,dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Bayangkan jika
satu mahsiswa dapet memperkerjakan setidaknya 10 orang pekerja,dikali puluhan
ribu mahasiswa yang tersebar di indonesia,saya rasa itu sudah cukup membuat
kemiskinan diindonesia berkurang. Itu belum terhitung jika usaha yang mahasiswa
lakukan dengan berinovasi itu menjadi usaha yang berkembang. Kepedulian antar
sesama jelas akan seamakin bertambah,karena semua orang berlomba-lomba untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitar. Perubahan akan sulit terjadi bila yang bergerak hanyalah kalangan
atas,kita yang berada di kalangan menengahlah yang seharusnya lebih bisa
bergerak leluasa,memobilisasi mereka yang berada diatas agar dapat dengan mudah
melihat ke bawah,dan memobilisasi kalangan yang ada di bawah agar terlihat oleh
orang-orang yang ada di kalangan atas. Diatas bukan berarti harus melulu
pemerintah,orang yang di atas yang saya maksud adalah mereka yang merasa
mampu,hidup dengan layak,nyaman,dan terjamin pendidikan juga kesehatannya.
Menyadarkan mereka yang merasa nyaman,agar mengurangi kenyamanan yang mereka
miliki demi kenyamanan orang lain. Peranan kita sebagai middle class lah yang amat sangat berpengaruh. Terutama kita
sebagai mahasiswa yang mengemban sebagai agen perubahan.
Sampai detik ini saya
akan berjuang,”susah tapi saya yakin,saya Bisa!”.
Demikian esai ini saya
tulis dengan sebenarnya,semoga dapat bermanfaat bagi kita,bagi sesama,sebangsa
dan bernegara. Merdesa.